LIBURAN DI INDONESIA SELAMA 3,5 BULAN
(6 Juni 2007 – 25 September 2007)
Romo Alexander Denny Wahyudi, SX
Setelah berlibur di Indonesia selama 3,5 bulan, saya mengucapkan syukur kepada Allah dan semua orang yang telah memberikan rahmat yang begitu besar bagi saya secara pribadi. Hari demi hari kujalani dengan berjumpa kangen dengan sanak saudara, famili, sahabat, dan para konfrater Xaverian seperti saya alami saat belibur tahun lalu. Tepat 6 Juni 2007 aku tiba di Jakarta setelah menjalani masa diakonatku di Amerika Serikat tepatnya di gereja Santa Theresia Chinatown Chicago selama 9 bulan. Banyak kegiatan aku ikuti selama aku di Indonesia seperti mengikuti kegiatan camping dengan para frater Xaverian di Sukabumi, memberikan retret bagi para anggota BIR (Bina Iman Remaja) paroki Santo Paskalis Jakarta, setelah didaulat oleh Ibu Sugeng. Saya sempat pula ke Bandung bertemu Romo Eddy, osc dan Romo Rudy, osc yang nitip ijasah D.Min mereka dari CTU Chicago. Saya juga bertemu dengan temanku Debby Rosita dan juga Ellen yang sedang berlibur dari Chicago di Bandung, dan juga Debby Djohan. Wah senang deh bertemu dengan mereka semua.
Setelah sebulan di Jakarta dan sekitarnya, barulah aku pulang kampung ke Madiun dan Ponorogo bertemu dengan keluargaku. Rasanya gembira banget ketemu keponakan-keponakan yang tidak kujumpai hampir setahun ini. Mereka tambah besar, bahkan aku hadir saat keponakanku, David, anak adikku Jimmy, merayakan ultah pertamanya di Ponorogo. Sebulan di Madiun dan sekitarnya aku sempat mengunjungi sekolah-sekolah Katolik khususnya SD, sempat pula ke Ponorogo dan Magetan. Pengalaman gembira berjumpa dan diterima oleh anak-anak ini sama persis seperti aku lakukan lima tahun lalu saat berlibur menunggu visa Amerikaku.
Akhirnya aku balik lagi ke Jakarta tuk persiapan tahbisan imamat. Delapan hari menjelang tahbisan imamat, aku sudah di Jakarta. Bulan pertama di Jakarta aku menjalankan retret dengan Maryono di rumah retret Canosa Bintaro yang diberikan oleh Pastor Bruno dan Pastor Marini.. Tibalah hari H-nya hari RABU, 15 Agustus 2007 pukul 5 sore di Gereja Santo Mateus Bintaro Jakarta, aku ditahbiskan menjadi imam misionaris Xaverian, imam ke-17 Xaverian Indonesia, bersama empat SX lainnya: Maryono, Ignatius, Utomo dan Dharmawan. Kami berdelapan; tiga diantaranya yang lain adalah imam Projo KAJ: Harry Sulis, Treka dan Kokoh. Kami ditahbiskan oleh Kardinal Julius Darmaatmadja, SJ; acara berjalan lancar dan meriah yang dihadiri oleh sekitar 2000 orang. Acara misa ini berlangsung selama 3,5 jam dan diakhiri dengan hujan deras. Pokoknya aku merasa puas dan penuh syukur atas semua yang boleh kualami. Banyak orang yang sangat baik padaku sehingga apa yang kuimpikan dan kuajukan sejak tahun lalu berjalan sesuai dengan rencana Tuhan sendiri, bukan sekedar ambisiku. Maka tepatlah aku mengambil moto kisah panggilanku di buku tahbisan: “Serahkanlah segala perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah segala rencanamu” (Amsal 16:3). Keluarga intiku dari Madiun dan Ponorogo turut hadir semua dalam acara pentingku ini. Mereka kujemput, kudampingi dan juga kuantar pulang hingga di bandara Cengkareng. Dari 14 Agustus malam hingga Sabtu, 18 Agustus 2007 mereka pulang kembali aku terus bersama mereka. Syukurlah panitia memberikan tempat menginap bagi mereka (kurang lebih 15 orang dari keluargaku) di rumah retret Canosa selama dua malam dan dua malam berikutnya mereka menginap di kakak sepupuku di Ciracas, Jakarta Timur. Beberapa keluarga jauh yang tinggal di Jakarta juga sempat hadir. Setelah sibuk dengan reuni keluargaku ini aku mempersembahkan misa perdanaku di Gereja Santa Maria de Fatima Toasebio Jakarta hari Minggu, 19 Agustus dan juga sore harinya di markas Choice Kedoya, rumah pasutri Ferry-Lely.
Dari kota ke kota dan dari desa ke desa aku naik sepeda lipat kesayanganku yang selalu setia menemaniku. Sepeda ini aku simpan di procurator SX di Wisma Conforti supaya saat aku pulang lagi lima tahun lagi aku dapat menggunakannya lagi. Wah, pokoknya praktis deh bisa menggunakan kendaraan yang satu ini, yang juga sudah pernah kupunya saat aku bekerja di Jakarta dulu.
Setelah seminggu di Jakarta setelah tahbisan, aku pulang mudik ke Madiun, merayakan hari-hari pertamaku menjadi imam, merayakan misa di biara-biara baik suster maupun bruder, gereja-gereja baik di Madiun maupun di Ponorogo, Magetan dan Surabaya, beberapa lingkungan di Madiun, sekolah-sekolah Katolik. Aku puas dengan apa yang sudah kurencanakan sebulan sebelumnya untuk merayakan misa-misa ini akhirnya berjalan dengan baik sesuai rencana bersama. Bahkan, aku sempat memberkati rumah adikku, Rony di Madiun juga rumah serta toko dari saudara sepupuku di Jalan Yos Sudarso yaitu Tony, Edy, Yudi dan Miko. Aku sempat pula mengunjungi beberapa teman dan saudara sepupuku di Surabaya, Pati, Semarang dan Solo. Aku merayakan misa perdanaku juga di Tunas Xaverian di Yogyakarta. Sebelum aku pergi ke luar negeri lagi, aku merayakan misa ulang tahun ke-24 paroki Santo Mateus Bintaro pada hari Minggu, 23 September. Aku sempat diajak meninjau gereja baru yang sedang dibangun yaitu Maria Regina di sektor 9 Bintaro. Juga aku memimpin misa harian bahasa Inggris di Kapel Kedutaan Besar Vatikan di Gambir, Jakarta setelah diminta oleh Suster Frasineti, YMY.
Hari Senin malam, 24 September 2007 aku memimpin misa di lingkungan dan wilayah St. Theresia di rumah Ibu Yani yang dihadiri oleh para frater dan kedua formater Xaverian Cempaka Putih serta umat. Sebelum misa, sempat hujan. Selasa paginya barulah aku misa perdanaku dan terakhir di Indonesia menjelang go international, yaitu di kapel para frater sx filsafat cemput 42. Kuberikan KTP ku yang bakal habis 24 November 2007 kepada seksi humas, Frater Heri Pati, sx supaya diperpanjang dan disimpan di arsip sehingga saat aku pulang lima tahun lagi aku dapat menggunakannya.
Sore hari, Selasa, 25 September 2007 dari Wisma Conforti, aku diantar Pak Kismo dan Bruder Manuci ke bandara Cengkareng. Aku naik KLM yang hanya diperbolehkan membawa 20 kg saja di bagasi. Karena kelebihan 5 kg maka aku harus bayar US $ 210. Untunglah aku masih punya dollar, setelah barang-barang aku kurangi dan kumasukkan di rangsel bawaanku. Aku dapat pula surat bebas fiskal. Semuanya berjalan lancar hingga aku akhirnya terbang dengan maskapai Belanda ini, singgah dulu 30 menit di Kualalumpur. Di pesawat ini aku duduk dengan rombongan peziarah orang Indonesia yang tinggal di Perth Australia. Mereka berjumlah sekitar 25 orang mengunjungi Roma, dan kota-kota Eropa lainnya selama dua minggu dengan biro tour Lucia. Jadi tambah kenalan baru lagi.
Setelah 19 jam perjalanan dari Jakarta ke Roma, akhirnya aku tiba juga di Kota Roma, pagi hari sekitar jam 10, di hari Kamis 27 September 2007. Aku dijemput oleh Pastor Stradiotto sama seperti lima tahun lalu saat aku tiba di Roma sebelum ke USA. Di Roma aku tinggal di rumah Generalat Xaverian di Viale Vaticano 40, pas di belakang tembok Vatikan. Saat aku tiba di rumah ini, Romo Vitus Rubianto, sx sudah menyongsong kedatanganku. Malamnya aku diajak jalan-jalan di kota Roma mengunjungi Trevi fountain dan sekitarnya. Hari Minggu, 30 September 2007 aku memimpin misa dalam bahasa Indonesia di kapel generalat para Suster Misionaris Claris dari Sakramen Mahakudus di kota Roma bagian Utara. Ada tiga suster MC asal Indonesia di kota Roma ini. Aku dijemput Suster Rina dan satu suster asal India. Lalu diantar pulang kembali oleh Suster Rina naik mobil dengan Suster Cicil yang studi psikologi di Universitas Salesian di Roma.
Di rumah generalat aku bertemu dengan semua pembesar SX. Pastor Armando, sx salah satu penasehat Dewan General SX membantuku untuk mengurus permesso di sioggiorno yang dikirim lewat kantor pos. Aku tidak tahu apakah bisa dapat surat ijin tinggal ini karena katanya bisa butuh waktu setengah tahun, padahal aku hanya tinggal di Italia selama 6 bulan.
Hari Senin, 01 Oktober 2007 pagi hari setelah misa dan sarapan, aku diantar oleh P. Stradiotto ke stasiun kereta api. Aku sendirian pergi menuju ke rumah Novisiat SX di kota Ancona di regio Marche, di tepi Laut Adriatik. Perjalanan ini selama 3,5 jam. Aku tiba jam 1 siang dan dijemput oleh satu novis, Andrea, orang Italia dekat Parma dan satu pastor, Narciso Pasuelo, sx yang katanya tidak pernah keluar dari Italia menjalankan misi karena kesehatannya. Di sini aku bertugas menjalankan misiku belajar bahasa Italia selama enam bulan sambil menunggu visa Jepangku jadi. Di komunitas ini ada 5 pastor Xaverian: Matteazi, Narciso, Tassi, Aldo, Venturini serta tiga novis: dua dari Italia yaitu Simone dan Andrea dan satu dari Spanyol yaitu Francis Xavier Martinez. Aku tiap hari diajar bahasa Italia dengan buku yang pernah aku pelajar saat di novisiat di Jakarta 10 tahun lalu selama 1, 5 jam sisanya aku mengerjakan PR. Guruku adalah Pastor Piermario Tassi yang sudah berusia 78 tahun dan pernah menjadi misionaris di Congo. Dia menjadi guru bhs Italia yang baik bagi banyak Xaverian di sini. Dia hanya bisa berbicara bahasa Italia dan Prancis, tidak Inggris, jadi dia langsung bicara bhs Italia padaku saat mengajar. Baguslah. Awalnya aku akan diajar oleh Pastor Venturini yang tahu Inggris, tapi karena mereka lihat aku sudah paham sedikit banyak kata-kata dalam bhs Italia, maka langsung aku diajar oleh Pastor Tassi.
Satu surprise bagiku saat aku ditawari memimpin misa hari Minggu pagi di sebuah gereja kecil, Santa Maria Libertrice dekat Laut Adriatik di Ancona. Pastor Aldo yang menawariku dan langsung aku jawab YA. Dia mendampingiku dalam misa yang dihadiri oleh sekitar 80 orang kebanyakan ibu-ibu tua Italia. Pastor Aldo yang berkhotbah dan aku yang memimpin misa menjadi selebran utama. Wah, aku semakin PD (percaya diri) bahwa aku bisa membaca bahasa Italia dengan sebaik mungkin. Syukurlah, orang di sini memahami apa yang aku baca saat misa ini. Jadi janjiku pada para suster MC di Roma tuk misa perpisahan sebelum aku ke Jepang tahun depan, pasti deh dapat aku penuhi dengan menggunakan bahasa Italia tentunya. Semoga saja….Tadi pagi, hari Rabu pagi, 10 Oktober, aku ikutan rekoleksi bulanan komunitas ini di paroki Santo Gaspar dari Bufalo tidak jauh dari sini. Rekoleksi diberikan satu jam oleh pastor paroki ini yang masih muda. Novis SX bernama Simone menjalankan kerasulan hari Minggu di paroki ini. Pagi ini Simone ada di rumah sakit tuk operasi kakinya. Aku mencoba untuk memahami apa yang dibicarakan saat retret tadi, intinya yah tentang iman, mengulangi tema misa Minggu lalu. “Signore, aumenta la nostra fede.”
Beberapa hari lalu temanku CHOICE, Caroline dari Cilandak Jakarta datang berkunjung ke Ancona ini tapi hanya 7 jam. Dia belajar masak dan bahasa Italia selama sebulan di Italia tepatnya di Firenze. Aku juga sudah telepon seorang bapak asal Indonesia, yaitu paman dari Cynthia Mennella di Chicago. Bapak ini tinggal di Ancona, Italia sudah sejak 50 tahun lalu. Umurnya 76 tahun katanya. Isterinya orang Italia dan kedua anaknya tinggal di kota lain. Saat kutelepon dia, sering dia lupa kata-kata dalam bahasa Indonesia. Aku belum sempat jumpa, ntar kalau ada kesempatan lagi…sebenarnya dia sudah ke sini tapi aku pas mengantar Caroline, temanku ke stasiun kereta api Kamis, 04 Oktober lalu.
Saat aku browsing di Internet, aku menemukan sebuah website berisi foto-foto tahbisan imamat kami yang dapat diakses di website ini:
Dan aku juga punya foto-foto tahbisan ini bisa dibuka di shutterflyku:
No comments:
Post a Comment